LOYO Wall Street ,Tingginya Hasil Obligasi AS Tekanan Pasar

Ilustrasi Pegawai Wall Street Panik --
DISWAYPROBOLINGGO.ID.Paman Sam,Sabtu 24 Mei 2025.Putaran Perdagangan,Indeks-indeks Wall Street mayoritas loyo Untuk perdagangan. Di tengah kekhawatiran investor terhadap lonjakan imbal hasil obligasi dan potensi pelebaran defisit anggaran Amerika Serikat (AS).
BACA JUGA:WASPADA Rupiah Ambruk:Investor Pergi ke Pasar AS
BACA JUGA:IRAN DAN RUSIA KLIM PERTAHANAN : Perang Lawan AS Bisa Terjadi
Dikutip dari CNBC internasional, S&P 500 turun tipis 0,04% ke level 5.842,01.Dalam Hal Dow Jones Industrial Average nyaris tak bergerak dengan penurunan 1,35 poin ke 41.859,09. Di sisi lain, Nasdaq Composite justru menguat 0,28% dan ditutup di level 18.925,73.
Lonjakan Imbal Hasil Obligasi dan Defisit AS Bikin Panik
Kekhawatiran pasar mencuat setelah DPR AS menyetujui rancangan undang-undang (RUU) pajak yang berisi pemotongan pajak dan peningkatan belanja militer. RUU ini berpotensi menambah utang pemerintah hingga mendekati US$ 4 triliun, menurut Kantor Anggaran Kongres (CBO), dan berisiko memperlebar defisit anggaran negara.
BACA JUGA:Netanyahu Manusia Terhina: Pemimpin Eropa Marah Besar Kepada Netanyahu
BACA JUGA:Pakistan: Memberikan Tawaran Menarik ke India,Senjata Nuklir Menanti
“Dalam jangka pendek, RUU pajak ini akan berdampak positif terhadap ekonomi karena meningkatkan konsumsi dan belanja pertahanan. Tapi dalam jangka panjang, beban defisit yang tinggi akan menekan pasar,”Ucapnya manajer portofolio di Argent Capital Management Jed Ellerbroek.
Kekhawatiran jangka panjang tersebut terlihat dari lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 30 tahun, yang sempat menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2023 di kisaran 5,161%, sebelum akhirnya turun menjelang akhir sesi.obligasi 10 tahun juga mengalami kenaikan meski kemudian menurun.
Naiknya imbal hasil ini menandakan investor mulai kehilangan kepercayaan terhadap kelayakan obligasi AS, seiring tingginya defisit anggaran yang diprediksi berlangsung lama tanpa tanda-tanda perbaikan.
BACA JUGA:Agenda Membalas Di Persiapkan:Eropa ke Trump Soal Perang Tarif
BACA JUGA:Asing Banyak Jual Saham Ini:Di Saat IHSG Lagi Segar- Segarnya
Peningkatan imbal hasil obligasi jangka panjang menjadi sinyal negatif karena dapat mendorong naiknya biaya pinjaman bagi konsumen dan pelaku usaha. Hal ini bisa menekan laju ekonomi AS yang sudah terdampak oleh tarif impor universal yang baru saja diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
pelelangan obligasi 20 tahun yang berlangsung buruk juga ikut memicu lonjakan yield dan aksi jual saham di pasar.
Jika RUU pajak tersebut lolos di Senat, investor memperkirakan tekanan terhadap pasar obligasi dan saham bisa semakin besar.
Sumber: