Waspada Rupiah Dalam Keadaan Demam!Hari Pertama Perdagangan 2025
Foto:Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah--
DISWAYPROBOLINGGO.ID.Jakarta Kamis 02 Januari 2024.Tahun Baru Keadaan Perdaganga Di Mana, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya masih rawan melemah mengingat banyaknya data genting yang akan rilis.
BACA JUGA:Wacana IHSG Awal 2025, Terjun Untuk Saham Prioritaskan Di Pertahankan
BACA JUGA:Menjadi Sejarah Amerika Serikat :Elon Musk Sebut Zelensky Perampokan Uang AS
Yang Mana, menutup tahun 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berhasil menguat di akhir perdagangan Selasa lalu (30/12/2024). Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup pada level Rp16.090/US$, menguat 0,25% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Setiap harinya, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.170/US$ dan terjauh di posisi Rp16.040/US$ dan selama 2024 rupiah masih melemah hingga 4,51%.
Seiring dengan penguatan rupiah, Indeks Dolar AS (DXY) alami pelemahan hingga 0,18% tepat pukul 15:00 WIB di posisi 107,93.
BACA JUGA:Prediksi Ke Depan :Harga Emas Naik Meluncur, Penyebabnya
BACA JUGA:Seperti Petak Umpet :Pergerakan Rupiah Sepanjang 2024
Di sisi lain, pelaku pasar domestik tampak berhati-hati menjelang data ekonomi awal tahun, yang dapat memberikan sinyal lebih jelas tentang arah kebijakan moneter di 2025.
Pada hari pertama perdagangan, akan rilis data laju Indeks Harga Konsumen (IHK)atau inflasi dan PMI manufaktur. Kedua indikator makro tersebut erat dengan daya beli masyarakat, sehingga informasi inflasi dan aktivitas manufaktur berpotensi menjadi penggerak pasar, serta reaksi pasar terhadap batalnya kenaikan tarif PPN 12%.
Di Mana konsensus dari 13 institusi dalam memperkirakan IHK pada periode Desember 2024. Hasilnya, IHK diproyeksi akan naik atau mengalami inflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,47%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi akan menembus 1,61%.
BACA JUGA:Menjadi Sejarah Amerika Serikat :Elon Musk Sebut Zelensky Perampokan Uang AS
BACA JUGA:Cetak Rekor : Inflasi Meluncur, Membludak Gelandangan di AS
Konsensus CNBC Indonesia juga memperkirakan inflasi inti pada Desember 2024 akan berada di 2,29% (yoy), merangkak dibandingkan November (2,26%).
Sebagai pembanding, inflasi pada periode November 2024 tercatat 0,30% (mtm) dan secara tahunan mencapai 1,55%. Sehingga, jika inflasi bulanan menembus 0,47% seperti dalam konsensus, itu akan menjadi inflasi (mtm) tertinggi sejak Maret 2024 atau sembilan bulan terakhir.
Indonesia menghitung inflasi Desember (yoy) sebagai inflasi sepanjang tahun. Artinya, inflasi tahunan yang tercatat pada Desember juga menjadi inflasi pada tahun berjalan.
Jika inflasi (yoy) pada Desember 2024 mencapai 1,61% seperti dengan konsensus, inflasi sepanjang 2024 juga hanya akan menyentuh 1,61%. Artinya, angka itu akan menjadi yang terendah dalam sejarah Indonesia.
Dalam Hal ini, pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya untuk barang mewah dan untuk barang sehari-hari yang menjadi kebutuhan masyarakat umum dipastikan tidak terdampak PPN 12%.
Kategori barang mewah yang dimaksud tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023. Selain dari item-item yang tercantum dalam PMK nomor 15 tahun 2025, PPN yang berlaku tetap 11% mengacu pada penetapan sejak 2021.
Rincian mengenai jenis barang kebutuhan pokok dan barang penting (Bapokting) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2020 (Perubahan Perpres 71 Taun 2015) tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
Sebagian besar jenis barang Bapokting telah diberikan fasilitas PPN, perlu perluasan fasilitas untuk yang masih terutang PPN.
Teknikal Rupiah
Sestem teknikal, dalam basis waktu per jam pergerakan rupiah masih terlihat dalam tren pelemahan, resistance terdekat sebagai area yang patut diantisipasi jika terjadi pelemahan lanjutan ada di Rp16.280/US$ yang didapatkan dari high candle 19 Desember 2024.
Untuk itu,jika ada penguatan bisa dicermati support terdekat di Rp16.050/US$, yang didapatkan dari low candle intraday 18 Desember 2024.
Sumber: