Rupiah Kurang Minat ?Warga RI Sering Nabung Dolar AS
Foto:Situasi Ekonomi Amerika, Rupiah Akan Bergerak Sempit 2024--
Apresiasi dolar AS ini terjadi khususnya pasca Donald Trump menang dalam pemilu AS melawan Kamala Harris. Dengan terpilihnya Trump, maka AS tak ragu untuk menerapkan tarif perdagangan tinggi.
Hal ini membuat potensi inflasi AS mengalami kenaikan semakin besar dan terbatasnya ruang bagi bank sentral AS (The Fed) untuk menurunkan suku bunganya dalam jumlah besar di tahun depan sehingga rupiah cenderung tertekan setidaknya dalam jangka pendek.
Terakhir, hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral AS (The Fed) pekan lalu menunjukkan bahwa proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed 2025 hanya sebesar 50 basis poin (bps), angka ini lebih rendah dibandingkan proyeksi September lalu yang memperkirakan terjadi cut rate sebesar 100 bps pada 2025.
"Dengan langkah hari ini, kami telah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase dari puncaknya, dan stance kebijakan kami kini jauh lebih longgar. Oleh karena itu, kami bisa lebih berhati-hati saat mempertimbangkan penyesuaian lebih lanjut terhadap suku bunga kebijakan kami."Ucapnya Chairman The Fed Jerome Powell di konferensi pers usai rapat.
BACA JUGA:Rekor Terwujud : Pilpres AS Berakhir Wall Street Perkasa, Indeks S&P 500
BACA JUGA:Fluktuatif :Prediksi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Pekan Depan
Yang Mana, pejabat Fed menunjukkan dua pemotongan lagi pada 2026 dan satu lagi pada 2027. Dalam jangka panjang, komite memandang suku bunga "netral" berada pada 3%, 0,1 poin persentase lebih tinggi dibandingkan pembaruan September, karena tingkat ini secara perlahan meningkat sepanjang tahun ini (3% vs 2,9%).
Di Mana informasi, dilansir dari Refinitiv, rupiah tampak terkoreksi 3,67% sepanjang Oktober dan 0,96% pada November 2024.
Bahkan pada 19 Desember 2024 lalu, rupiah tampak ambruk 1,24% ke angka Rp16.285/US$. Posisi ini merupakan yang terburuk sejak 30 Juli 2024
Sumber: