Hasil Kerja Paksa :AS Tuding Proyek Kebanggaan Jokowi
Foto:AS Resmi Hengkang dari Proyek Kebanggaan Jokowi--
DISWAYPROBOLINGGO.ID Jakarta, Jum'at 11 Oktober 2024.Paman Sam Yaitu Amerika Serikat (AS) mengeluarkan Tudingan Serius Terkait Hilirisasi Nikel di Indonesia. Di mana negeri paman sam tersebut menuduh bahwa Proyek Kebanggaan pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ini melakukan praktik kerja paksa.
Pernyataan ini pertama kali muncul saat Wakil Menteri Urusan Perburuhan Internasional, Departemen Perburuhan AS, Thea Lee membahas tren peningkatan pekerja anak dan kerja paksa di sektor pertambangan mineral di berbagai negara.
BACA JUGA:Acara BNI Investor Daily Summit 2024 :Prabowo Subianto Berpesan
BACA JUGA:IHSG Lemas Ke 7.480-an : Perdagangan Belum Pulih, IHSG Loyo Fuul
Thea menyebutkan negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo, Zambia, Zimbabwe, dan Bolivia yang dikenal menggunakan pekerja anak dalam penambangan mineral seperti kobalt, tembaga, dan timah.
"Anak-anak di Republik Demokratik Kongo, Zambia, Zimbabwe, dan Bolivia menambang mineral penting seperti kobalt, tembaga, litium, mangan, tantalum, timah, tungsten, dan seng," ujarnya dikutip dari laman resmi U.S. Department of State, Jumat 11 Oktober 2024.
"Mereka bekerja keras di pertambangan skala kecil dan artisanal yang tidak diatur dengan baik, melakukan tugas-tugas berbahaya seperti menggali terowongan, membawa beban berat, dan menangani zat-zat beracun,"lanjutnya.
BACA JUGA:Akan Membuat Kementerian Perumahan: Prabowo, Tujuannya Pengunaan Anggaran Rp 53 T Tepat Sasaran
BACA JUGA:Bertarung di Pilgub Jakarta: Ahok Jelaskan Mengapa Megawati Tak Pilih Dirinya
Thea Juga menilai tren peningkatan kerja paksa di berbagai negara termasuk Indonesia disebabkan dari peningkatan kebutuhan dunia akan sumber energi terbarukan yang beberapa bahan dasarnya merupakan hasil pertambangan mineral.
"Bagaimana kita menyeimbangkan kebutuhan mendesak kita akan energi bersih dengan keharusan untuk melindungi pekerja yang rentan? Dapatkah kita memastikan bahwa jalan kita menuju masa depan yang lebih berkelanjutan tidak diaspal dengan eksploitasi tenaga kerja?,"Ujarnya.
BACA JUGA:Melangkah Dunia 2025:Bappenas Prioritaskan Persiapan RI, Pembangunan Nasional
Solusi yang ditawarkan
Dengan adanya kebutuhan dunia yang saat ini mengarah pada energi bersih, Lee menilai seluruh dunia harus turut serta mempertimbangkan perlindungan pekerja.
Di Mana dinilai bisa dilakukan dengan menegakkan ketentuan perdagangan dan mematuhi pada hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh para pekerja.
"Dan kita harus berkoordinasi dengan negara-negara yang berpikiran sama untuk memastikan bahwa kita tidak terisolasi dalam pekerjaan ini,"Tegasnya.
Sumber: