SUKABUMI;Siswa SD Terjang Derasnya Arus Sungai

BACA JUGA:Curi Uang: Lalu Beli Mobil & iPhone

Lebih lanjut Deden menyatakan, menyeberangi sungai demi sampai ke sekolah tak hanya dilakukan oleh pelajar dari Kampung Cikadaka. Sebab anak-anak dari Desa Loji juga melakukan hal serupa apabila hendak menimba ilmu di Madrasah Diniyah yang ada di Kampung Cikadaka.

Deden menuturkan, sejatinya para pelajar ini bisa berangkat ke sekolah tanpa harus menyeberangi sungai yaitu dengan melalui jalan lain. Tetapi jalan itu memutar jauh dan harus menggunakan ojek dengan ongkos Rp 50 ribu sekali berangkat.

"Ada jalan lain yaitu melalui jalan raya Simpenan dengan naik ojek ongkosnya Rp 50 ribu sekali naik bahkan lebih, berat di ongkos," tegasnya.

Pemerintah Desa (Pemdes) Cidadap, tak diam dengan kondisi tersebut. Pada 2020, pemdes pernah mengajukan pembangunan jembatan penghubung Kampung Cikadaka, Desa Cidadap dengan Desa Loji kepada pemerintah provinsi. Namun hingga kini jembatan itu tak pernah terwujud.

Sehingga Deden berharap ada pihak yang dapat membantu pembangunan jembatan. Keberadaan jembatan itu begitu penting bagi pendidikan dan ekonomi, selain itu yang paling penting adalah keselamatan warga.

BACA JUGA:Probolinggo Plaza Akan Dioprasikan Lagi, PT Amco Jaya Tirunggal Pratama Terpilih Jadi Investor

BACA JUGA:Sinyal Indosat Alami Gangguan, Jumat (26/1/2024) Malam : Steve Saerang Buka Suara

Dia mengatakan, sudah beberapa kali kejadian warga yang menyeberangi sungai terbawa hanyut. "Kata Pak Kadus sudah 6 orang yang meninggal karena hanyut akibat sungai yang tiba-tiba meluap," Ucapnya.

Sementara itu, Founder Sehati Gerak Bersama Sukabumi Andri Kurniawan menyatakan sudah ada pihak yang ingin membantu pembangunan jembatan melalui dana CSR.

"Mereka mau bantu untuk pembangunan jembatan, ini CSR dari perusahaan dari Jakarta. Jembatan yang akan dibangun berupa jembatan gantung tapi bisa dilalui oleh motor," Ujarnya.

 

Sumber: