EMOSI Donald Trump : Waktu The Fed Tahan Suku Bunga Acuan
Foto:Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan permintaan pertamanya ke the Federal Reserve (The Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS)--
DISWAYPROBOLINGGO.ID.Paman Sam,Sabtu 01 Februari 2025.Dengan Keadaan Perdagangan Yang Membuat Presiden AS, Donald Trump marah Saat Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,5%. Hal ini karena sebelumnya Trump meminta adanya penurunan suku bunga acuan.
BACA JUGA:Sukses Target Tertinggi:Harga Emas Antam (ANTM) Hari Ini Fly to the Moon
BACA JUGA:AMBRUK:Harga Emas Antam (ANTM) Hari Ini
Dalam unggahan di media sosial Truth, Trump menyebut Chairman The Fed Jerome Powell gagal mengatasi masalah inflasi.
Meskipun Trump masih belum secara tegas menyatakan apakah ia akan mengambil langkh untuk Powell atau mengendalikan langsung keputusan suku bunga acuan.
Perseteruan yang Memanas
Fed menahan bunga acuan karena tahun lalu telah menurunkan bunga hingga 1%.
Dalam kampanye dan saat menjabat, Trump tidak hanya mendukung suku bunga yang lebih rendah tetapi juga mengatakan bahwa ia akan meminta agar suku bunga segera turun seperti yang ia sampaikan kepada peserta pertemuan tahunan World Economic Forum pekan lalu.
BACA JUGA:AKAN MENDARAT BURSA SAHAM TAHUN 2025 :OJK Respons Perusahaan BUMN
BACA JUGA:IHSG Lanjut Meroket:Asing Pilih Borong 10 Saham Ini
Juga Dapat di lihat, Powell menolak untuk menanggapi pernyataan Trump. Katanya hal itu bukanlah hal yang pantas dikatakan seorang presiden.
Powell menyampaikan bahwa The Fed akan tetap menjadi independen dan tetap melakukan pekerjaan seperti biasanya.
"Saya tidak akan memberikan tanggapan atau komentar apa pun mengenai apa yang dikatakan presiden,"Ujarnya Powell.
BACA JUGA:AMBRUK:Harga Emas Antam (ANTM) Hari Ini
BACA JUGA:Muncul Beragam:Jelang Libur Natal, Wall Street
Dalam Undang-Undang Perbankan 1935 menyatakan bahwa presiden dapat memecat anggota dewan gubernur The Fed, termasuk Powell dengan alasan tertentu.
Dan , berdasarkan keputusan Mahkamah Agung 2024 dalam kasus Trump vs United States, presiden memiliki "kekuasaan tak terbatas" untuk mencopot pejabat yang diangkatnya. Ini bisa menjadi dasar untuk menantang pembatasan pemecatan Ketua The Fed.
Dalam Hal ini, pengadilan kemungkinan juga akan mempertimbangkan dampak ekonomi dari melemahkan independensi The Fed. Jika The Fed kehilangan independensinya, imbal hasil obligasi AS bisa melonjak, mencerminkan ketidakpastian kebijakan yang lebih besar dan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.
Untuk Saat ini, Ellen Meade, profesor ekonomi di Universitas Duke dalam penelitiannya menunjukkan bahwa bank sentral yang memiliki tingkat independensi lebih tinggi diukur berdasarkan faktor seperti apakah pejabat pembuat kebijakan suku bunga dapat dengan mudah dipecat oleh politisi atau apakah pejabat pemerintah dapat berpartisipasi dalam pertemuan kebijakan atau membatalkan keputusan umumnya memiliki inflasi yang lebih rendah.
Cukup Jelas Sebabnya, seperti yang juga dikemukakan Powell, adalah bahwa lebih banyak independensi membebaskan bank sentral dari tekanan politik jangka pendek yang sering kali mengarah pada kebijakan yang bersifat inflasioner.
Hal ini juga membantu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dalam jangka panjang, kata Meade berdasarkan penelitian dan temuan serupa lainnya.
Di Mana, di sisi lain, bank sentral juga menunjukkan hasil ekonomi yang lebih baik ketika mereka tetap bertanggung jawab kepada pembuat undang-undang dan beroperasi di bawah mandat kebijakan seperti The Fed, yang menetapkan target inflasi tahunan sebesar 2% dan pencapaian lapangan kerja penuh
Jika upaya untuk melemahkan independensi The Fed berhasil ditantang, itu akan sama saja dengan "menghapus institusi tersebut,"tutupya Meade.
Sumber: