Prioritas Investasi Saham : Karena Munculnya Gelombang Sunami IHSG

Prioritas Investasi Saham : Karena Munculnya Gelombang Sunami IHSG

Foto:Pekerja melintas di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta--

DISWAYPROBOLINGGO.ID.Jakarta,Selasa,08 April 2025.Dengan Keadaan Perang Dagang Yang Memanas BRI Danareksa Sekuritas memangkas estimasi pertumbuhan laba emiten 2025 menjadi 4,5% dari sebelumnya 6,5%. Broker ternama itu juga merilis saham-saham berkualitas yang layak untuk investasi pada kuartal II-2025, antara lain BBCA dan ICBP.

Menurut BRI Danareksa Sekuritas, pemangkasan estimasi pertumbuhan laba 2025 telah mempertimbangkan hasil laba pada 2024 yang lebih lemah dari perkiraan, terutama di sektor perbankan dan telekomunikasi, yang diumumkan pada Februari-Maret 2025.

BACA JUGA:Kacau Hari ini : Prediksi Saham Wall Street AS Menjadi Vampir

BACA JUGA:Pakar Ekonom Tegur Pemerintahan Donald Trump History Tarif Naik Picu 'The Great Depression'Picu 'The Great

“Dari sejumlah perusahaan dalam cakupan kami yang telah melaporkan laba 2024, sekitar 37% di antaranya berada di bawah ekspektasi konsensus, sedangkan 34% sesuai ekspektasi dan 29% melampaui ekspektasi,” tulis analis BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi dalam risetnya.

BRI Danareksa Sekuritas juga menurunkan target indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun ini menjadi 7.350 dari sebelumnya 7.850. Target tersebut mencerminkan rasio PE sebesar 13 kali. Adapun skenario optimistis (bull case) IHSG tahun ini di level 7.660 dan skenario pesimistis (bear case) di level 7.090.

Yang Mana, IHSG terdiskon besar yang mencerminkan prospek pesimistis. IHSG diperdagangkan pada PE sebesar 11,4 kali atau setara standar deviasi (SD) -1,8 terhadap rata-rata 10 tahun, dengan selisih yield laba sebanyak 154 bps terhadap yield obligasi 10 tahun  terlebar sejak Juni 2012.

BACA JUGA:Januari-Februari:Berani Lawan Trump, Perdagangan China ke AS Surplus

BACA JUGA:INDONESIA : Perang Dagang, Kebutuhan Minyak AS, Amerika Serikat Kebutuhan Tekstil Indonesia

“Jika dibandingkan dengan kondisi pasar pada 2015 atau tahun pertama Presiden Joko Widodo menjabat, kami melihat adanya kemiripan seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi dan laba, defisit fiskal yang melebar, serta peluncuran kebijakan baru pemerintah,” jelas Erindra.

Dalam Hal ini, faktor positif kali ini adalah neraca perdagangan Indonesia yang lebih kuat, didukung oleh membaiknya ekspor. Jika tren berlanjut, hal itu bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Meski demikian, risiko tetap ada, terutama volatilitas harga batu bara dan CPO.

Di tengah minimnya katalis pertumbuhan, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan laba emiten akan melemah secara beruntun pada kuartal II-2025 dan stagnan pada kuartal III-2025. Sedangkan IHSG yang menghadapi badai diprediksi bergerak pada kisaran 5.900-6.700 di kuartal II-2025.

BACA JUGA:Buronan ICC:BenjaminNetanyahu Masih Bisa Nyantai ke Hungaria

BACA JUGA:Rupiah Akan Babak Belur:Perang Dagang Dimulai Besok

Sumber: