Cairkan Utang Baru Rp 132,2 Triliun:Pemerintah Sampai Mei 2024

Cairkan Utang Baru Rp 132,2 Triliun:Pemerintah Sampai Mei 2024

Foto:Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati Rapat Kerja Bersama Komite IV DPD RI--

DISWAYPROBOLINGGO.Jakarta,Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani melaporkan, pemerintah telah menarik utang baru Rp 132,2 triliun hingga 31 Mei 2024. Pembiayaan utang ini turun 12,2 persen dibandingkan per 31 Mei 2023 senilai Rp 150,5 triliun.

BACA JUGA:Menko Hadi Beri Penjelasan:tindakkan Tegas Di Lakukan Untuk Bandar Judi Online

BACA JUGA:Pemerintah Beri Peluang Ormas Garap Tambang Mineral

“Kalau kita lihat sampai dengan bulan Mei, pembiayaan utang kita Rp 132,2 triliun. Ini turun 12,2 persen,”Ucapnya  Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Juni 2024 virtual, Kamis 27 Juni 2024..

Sri Mulyani menyampaikan pembiayaan utang turun meskipun penerimaan pajak turun dan belanja naik disebabkan penggunaan sumber dari saldo anggaran lebih (SAL) tahun sebelumnya.

“Defisit anggaran kita yang dalam hal ini lebih besar daripada realisasi tahun 2023 sebesar 2,29. Kalau kita lihat realisasi pembiayaan secara total Rp 84,6 triliun, itu turun tajam 28,7 persen,” Lanjutnya.

Penurunan realisasi pembiayaan tidak terlepas dari pengelolaan fiskal yang hati-hati dari tahun 2020 sejak terjadinya pandemi COVID-19. Saat terjadi recovBACA JUGA:Satgas Pemberantasan Judi Online:Di Syahkan Jokowi , Menkopolhukam Jadi Ketuaery, pemerintah mengantisipasi normalisasi seperti kondisi saat ini.

“Ini adalah dampak dari kehati-hatian kita menjaga APBN selama bertahun-tahun ini, dirasakan manfaatnya seperti situasi hari ini,” Sambungnya Sri Mulyani.

Mentri keuangan,mencatat pembiayaan SBN mencapai Rp 141,6 triliun atau turun 2 persen yoy dibandingkan Mei 2023 senilai Rp 144,5 triliun. Sedangkan pembiayaan non-utang naik 49,2 persen menjadi Rp 47,6 triliun per Mei 2024 dibandingkan Mei 2023 senilai Rp 31,9 triliun.

“Realisasi pembiayaan 31 Mei mencapai Rp 84,6 triliun itu turun 28,7 persen pada saat APBN mengalami tekanan penerimaan, belanja naik dan guncangan global yang luar biasa. Di mana  langkah manajemen fiskal yang sangat prudent dan antisipatif,” Tegasnya.

 

 

Sumber: