Dalam obligasi, yield yang yang terus naik menunjukkan harga yang sedang turun. Artinya investor banyak keluar dari pasar obligasi AS. Salah satu investor terbesar surat uang negeri Paman Sam ini adalah Jepang.
Negeri bunga Sakura itu kini juga tengah memiliki masalah di pasar obligasi mereka sendiri. Pada pekan ini, imbal hasil obligasi Jepang (JGB) tenor 30 tahun sempat melonjak ke tingkat tertingginya sejak pertama kali diterbitkan pada 1999.
Melansir Zerohedge, likuiditas untuk obligasi Jepang tenor panjang sempat menghilang hanya dalam hitungan jam, hal mengejutkan para trader dan investor yang menandai saat ini Jepang tengah dilanda krisis obligasi.
BACA JUGA:SERANGAN BALIK UNTUK TRUMP:Xi Jinping Ada Resep Lemahkan Trump
BACA JUGA:DEMAM INFLASI: Jepang Naik 3,2% di Maret 2025
Jepang yang punya masalah terhadap obligasi dalam negerinya kemungkinan bisa saja menjual UST untuk menstabilkan pasar utannya sendiri.
Berdasarkan data dari ticdata.treasury.gov, Jepang masih menjadi negara dengan kepemilikan surat utang AS terbesar di dunia yakni sejumlah US$1.079,3 miliar per Januari 2025.
Sementara posisi kedua ditempati oleh China yang punya sebesar US$760,8 miliar. Negeri tirai bambu juga diketahui mengurangi porsi UST karena mereka juga masih menghadapi krisis properti dan outflow modal.
Dari Kutipan CNBC Indonesia Research, dua negara besar yang kepemilikannya cenderung mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir yakni Jepang dan China yang masing-masing tergelincir sebesar 16,97% dan 26,4%.
Selain karena ada masalah internal dari negara pemegang UST terbesar ini. Persoalan dari tarif yang tidak jelas juga turut mempengaruhi aksi jual di pasar surat utang ini.
Terkini, tensi perang dagang kembali naik setelah Trump mengancam tarif sampai 50% untuk Uni Eropa, 25% produk Apple sampai kenaikan tarif untuk Samsung.