Market Cap IHSG Ambruk Rp800 T : Sebab Asing Kabur
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia 2024--
DISWAYPROBOLINGGO.ID.Senin,18 Nopember 2024.Beberap abulan ini , Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah keok lebih dari 8% ke level 7100. Kapitalisasi pasar bursa pun sudah surut lebih dari Rp800 triliun.
Jika dibandingkan sebulan lalu pada perdagangan 17 Oktober 2024, IHSG bertengger di 7.735,03 dengan nilai kapitalisasi pasar Rp12.919 triliun.
BACA JUGA:Powell Berdoa Untuk Harapan :Wall Street Turun, Pemangkasan Suku Bunga pada Desember
BACA JUGA:Bertemu Iran : Elon Musk Diam-Diam
Di Mana, indeks keseluruhan saham di bursa ini sampai akhir perdagangan sesi I hari ini, Senin 18 Nopember 2024.sudah menyusut jadi 7146,79 dengan nilai kapitalitasi pasarnya hilang lebih dari Rp800 triliun menjadi Rp12.059,42 triliun.
Outflow yang deras menjadi salah satu penyebab IHSG rontok dalam sebulan terakhir ini, bahkan menggunakan basis mingguan, IHSG berakhir di zona merah selama empat pekan beruntun.
Asing terpantau keluar dari pasar saham RI hingga Rp15,41 triliun dalam sebulan. Rinciannya net foreign sell sebanyak Rp14,13 triliiun di pasar reguler, sementara di pasar nego dan nego terjual Rp1,29 triliun.
Outflow yang deras menjadi salah satu penyebab IHSG rontok dalam sebulan terakhir ini, bahkan menggunakan basis mingguan, IHSG berakhir di zona merah selama empat pekan beruntun.
BACA JUGA:RESPON,Elon Musk : Dapat Jabatan Dari Trump
BACA JUGA:Pertemuan Satu Meja :Prabowo, Xi Jinping & Biden
Asing terpantau keluar dari pasar saham RI hingga Rp15,41 triliun dalam sebulan. Rinciannya net foreign sell sebanyak Rp14,13 triliiun di pasar reguler, sementara di pasar nego dan nego terjual Rp1,29 triliun.
Dalam Hal ini,beberapa faktor yang membuat IHSG loyo dalam sebulan terakhir. Mulai dari efek trump, pidato the Fed yang tidak akan agresif turunkan suku bunga, sampai yield obligasi AS yang masih tinggi.
Double Killer Emerging Market : Efek Trump + The Fed
Setelah kemenangan Trump sebagai Presiden AS pada tahun ini membuat negara berkembang, termasuk Indonesia dapat efek negatif. Pasalnya, dengan potensi kebijakan proteksionisnya, salah satunya adalah kenaikan tarif dagang 10% - 20% ke global, sementara ke China bisa sampai 100% akan membuat pasar dibayangi perang dagang.
Sumber: