DISWAYPROBOLINGGO.ID .Pembahasan Senjata Nuklir Terus bergulir,Pemerintah Iran menolak untuk menghentikan sementara pengayaan uranium demi mengamankan kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat (AS). Teheran menegaskan tidak akan pernah mempertimbangkan hal yang menjadi tuntutan utama dari Washington dalam rentetan perundingan yang sudah memasuki putaran kelima.
BACA JUGA:Donald Trump Ancam Putin: Ingin Kuasai Ukraina BACA JUGA:LOYO Wall Street ,Tingginya Hasil Obligasi AS Tekanan Pasar Isu pengayaan uranium, seperti dilansir AFP, Senin, 26 Mei 2025 telah menjadi fokus dalam beberapa pekan terakhir, dengan Iran secara gigih membela hak untuk memperkaya uranium sebagai bagian dari apa yang mereka sebut sebagai program nuklir sipil. Namun AS menginginkan pengayaan uranium Teheran dihentikan. Ketika ditanya soal laporan bahwa Iran bisa membekukan pengayaan uranium selama tiga tahun untuk mencapai kesepakatan dengan AS, menurut laporan Reuters, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, mengatakan dalam konferensi pers: "Iran tidak akan pernah menerima hal itu."BACA JUGA:Pastkan Menang Perang Dengan India: Tapi PM Pakistan Kesal
BACA JUGA:CHINA EFISIENSI: Pemerintahan Republik China Melakukan Penghematan
Perundingan yang dimulai sejak April lalu, merupakan kontak level tertinggi antara kedua negara sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir penting tahun 2015 saat masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump.
BACA JUGA:Harganya Meroket ,Bursa Efek Indonesia Semangkin Seru!
BACA JUGA:Pertemuan Dadakkan Presiden Republik China Xi Jinping Dan Presiden Rusia Vladimir Putin Bertemu Di Moscow
BACA JUGA:ARAB SAUDI MELARANG : Kasih Visa ke RI & 13 Negara
BACA JUGA:Memanas Asia: Tidak Stabil Rupiah-Yen Gara-Gara Pengaruh Perang India Dan Pakistan
"Jika ada niat baik dari pihak Amerika, kami juga optimis, tetapi jika perundingan ditujukan untuk mengekang hak-hak Iran, maka perundingan tidak akan membuahkan hasil, Ujarnya Baqaei dalam pernyataannya. Sejak kembali ke Gedung Putih, Trump menghidupkan kembali kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran, dan mendukung pembicaraan Juga memperingatkan tindakan militer jika diplomasi gagal. Dia bertekad membatasi potensi Teheran untuk memproduksi senjata nuklir, yang bisa memicu perlombaan senjata nuklir regional dan mungkin mengancam Israel. Yang Mana, Iran menginginkan kesepakatan baru yang akan meringankan rentetan sanksi Barat yang menghantam perekonomiannya, namun tetap mempertahankan program nuklirnya yang diklaim semata-mata untuk tujuan sipil. Teheran bersikeras menegaskan bahwa mereka memiliki hak untuk memiliki program nuklir sipil, termasuk untuk energi, dan menganggap tuntutan AS sebagai garis merah yang melanggar Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir yang telah ditandatanganinya.