DISWAYPROBOLINGGO.Jakarta.Senin 22 Juli 2024.Bank Indonesia menegaskan selalu ada peluang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali bangkit di bawah Rp 16.000 per dolar AS. Kesempatan itu terjadi karena Tren Suku Bunga Acuan Di Sejumlah Negara Maju Mulai Turun.
BACA JUGA:Sepekan:Harga Emas Semakin Mendaki Rp 5.000, Tembus Rp 1.404.000
BACA JUGA:Nasib Tol Getaci?Pemerintah Evaluasi 233 PSN
Misalnya Bank Sentral Eropa (ECB) yang memutuskan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen pada awal Juni 2024. Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI, Ramdan Denny Prakoso, memandang tak lama lagi Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, juga akan menurunkan suku bunganya lantaran sudah terlalu tinggi di 5,25 sampai 5,50 persen. "Saya melihat potensi rupiah menguat sangat terbuka karena suku bunga AS sudah capai peak (puncak), bisa turun 2-3 kali. Lalu Euro," katanya dalam Editors Briefing di Sumba, NTT, Senin 22 Juli 2024. Menurut Denny, dengan tren seperti ini maka akan banyak sentimen risk on ke emerging market seperti Indonesia, yang kemudian akan masuk aliran modal asing atau capital inflow yang lebih baik. BACA JUGA:Risko Tinggi Ambil Untung:IHSG Di Perkirakan Berjalan Bersama BACA JUGA:Nasib Tol Getaci?Pemerintah Evaluasi 233 PSNWaktu ini rupiah masih terpantau melemah, apalagi usai Joe Biden umumkan pengunduran dirinya sebagai Calon Presiden AS.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.19 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terkoreksi 0,26 persen ke Rp 16.234.
Pada pukul 12:00 WIB, rupiah juga masih terpantau melemah ke Rp 16.228. Kemudian pada pukul 15.19 WIB, nilai tukar rupiah masih melemah 29 poin atau 18 persen ke Rp 16.220. Pelemahan rupiah yang terjadi usai pengumuman Biden dianggap sebagai hal wajar sebagai sentimen reaktif. Secara keseluruhan pun, kata Denny, penurunan rupiah terhadap dolar AS masih lebih relatif kecil dibandingkan negara lain di Asia secara year to date. Untuk Mata Uang Yen Jepang melemah 12,89 persen pada Juni 2024, Korea Won anjlok 6,39 persen, dan Taiwan 5,99 persen. "Artinya kita dengan kebijakan komitmen membuat rupiah bikin stabil dan menguat. Kami meyakini akan lebih baik dari angka ini karena kebijakan Indonesia akan attract cukup banyak,"Tutupnya.