Pelaku pasar tampak sudah sepakat jika The Fed akan menahan suku bunga pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Bahkan pada beberapa kesempatan sebelumnya, pejabat The Fed termasuk Chairman The Fed Jerome Powell mengindikasikan pemangkasan masih lama. Pasalnya, inflasi AS masih kencang.
2. Inflasi RI Periode April 2024
Pada hari yang sama, pada siang hari sekitar pukul 11.00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia akan menyampaikan laporan terkait pergerakan inflasi sepanjang April 2024.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi April 2024 akan mencapai 0,33% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 3,08% pada April. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Maret 2024.
Sebagai catatan, inflasi pada Maret 2024 tercatat 3,05% (yoy) dan 0,52% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 1,77% (yoy).
BACA JUGA:Wow!!! Tembus Rp 8.253 Triliun:Utang Pemerintah Per Januari 2024
BACA JUGA:EMAK-EMAK:Keluhkan Gas LPG 3 Kg Langka Detik-Detik Lebaran
3. Neraca Dagang dan Data Tenaga Kerja AS
Selanjutnya, pada malam hari akan ada data lagi dari negeri Paman Sam, terkait neraca dagang dan update pasar tenaga kerja untuk data klaim pengangguran.
Neraca dagang AS diperkirakan masih akan terkontraksi, dari -US$ 68,9 miliar pada Maret menjadi -US$ 69,1 miliar, menurut data Trading Economics. Data ini cukup penting diperhatikan lantaran AS menjadi negara kedua partner dagang RI terbesar setelah China.
Berikutnya, untuk update pasar tenaga kerja dari klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 27 April 2024 diperkirakan bisa meningkat ke 212.000, dibandingkan pekan sebelumnya di 207.000.
Sejumlah sentimen tersebut apabila menghasilkan data sesuai perkiraan pasar, maka bisa menjadi upside untuk pasar saham lantaran ketidakpastian semakin mereda. Sebaliknya, jika meleset dari prediksi, pelaku pasar patut mewaspadai adanya risiko koreksi yang masih bisa berlanjut, terutama untuk emiten yang memiliki porsi asing besar lantaran sejauh ini tekanan risiko eksternal lebih tinggi dibandingkan domestik.