Membatasi Pengunaan Mata Uang Dollar Amerika Serikat: Masuk BRICS, Indonesia Semangkin Yakin
Foto:Para pemimpin negara-negara BRICS+ berfoto Dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia --
DISWAYPROBOLINGGO.ID.Jakarata,Minggu 12 Januari 2025.Dengan Adanya Agenda Perekonomian Di Mana Nilai Uang Antar Negara Di Mana Dedolarisasi atau mengurangi penggunaan mata uang Dolar AS menjadi agenda utama negara-negara anggota BRICS. Indonesia sendiri baru saja bergabung menjadi anggota BRICS, keanggotaan ini dinilai dapat membuat Indonesia Semangkin yakin mengurangi Transaksi terhadap penggunaan Dolar AS.
BACA JUGA:Harga Emas Antam (ANTM) Hari Ini Melejit hingga Tembus Rekor Tertinggi
BACA JUGA:Pegang Kendali: Wall Street Kekuatan Saat Rilis Risalah The Fed
Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan agenda dedolarisasi di Indonesia bisa makin menguat begitu Indonesia bergabung dengan BRICS. Misalnya dalam bentuk penggunaan mata uang lokal dengan India, Afrika Selatan, atau dengan Brazil.
Di sisi lain, China juga mulai gencar mendorong kerjasama Cross Border Interbank Payment System atau CIPS dengan India dan Rusia. Indonesia bisa mulai melirik alternatif CIPS untuk mengurangi ketergantungan sistem SWIFT yang identik dengan penggunaan Dolar AS.
BACA JUGA:Awal Tahun :Harga Emas Antam (ANTM)
BACA JUGA:Lakukan Pembalasan : Rusia Bersumpah Setelah Tembak Jatuh 8 Rudal Buatan AS
"Agenda dedolarisasi bisa makin menguat begitu Indonesia join BRICS. Sebelum mengarah ke pembentukan mata uang bersama anggota Brics, yang paling mungkin adalah mengurangi dolar dalam sistem pembayaran,"Tuturnya Bhima ketika dihubungi detikcom, Minggu12 Januari 2025.
Yang Mana, Bhima bilang pemanfaatan devisa emas yang dilakukan oleh bank sentral di masing-masing negara BRICS juga kemungkinan akan ikut mempercepat dedolarisasi.
Sulit Kurangi Dolar AS
Di sisi lain, Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet juga sepaham bahwa Indonesia memang akan makin gaspol mengurangi ketergantungan Dolar AS ketika masuk BRICS. Namun, dia menekankan upaya dedolarisasi juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
"Masuknya Indonesia ke dalam BRICS memang membuka peluang besar untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, tapi proses ini tidak akan berjalan dengan mudah atau cepat seperti yang mungkin dibayangkan," sebut Yusuf Rendy Awak Media.
Rendy menilai peran Dolar AS saat ini memang masih sangat kuat di sektor keuangan global. Dedolarisasi mungkin bisa dilakukan namun bertahap dan tidak bisa terjadi dalam waktu dekat.
"BRICS memang punya agenda kuat untuk mengurangi dominasi dolar, misalnya lewat pengembangan sistem pembayaran alternatif dan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antar anggotanya. Namun, kita harus realistis bahwa dedolarisasi harus dilakukan secara bertahap, mengingat peran dolar AS yang masih sangat dominan dalam sistem keuangan global,"Ujarnya Yusuf.
BACA JUGA:Kuasai Kota Ukraina : Rusia Berhasil
BACA JUGA:Lakukan Pembalasan : Rusia Bersumpah Setelah Tembak Jatuh 8 Rudal Buatan AS
Kembali ke Bhima, dia menerangkan saat ini lebih dari setengah transaksi perdagangan dan sistem pembayaran di dunia ini menggunakan Dolar AS. Dominasi sebesar itu jelas bukan hal yang mudah untuk diubah.
"Memang tidak mudah. Sekarang itu 54% perdagangan dunia masih didominasi Dolar. Selain itu 58% sistem pembayaran global juga bergantung ke Dolar," Ucapnya Bhima.
Indonesia selama ini juga sudah mulai mengurangi penggunaan Dolar. Salah satunya menggunakan layanan local currency transaction (LCT) yang dibesut Bank Indonesia (BI). Transaksi menggunakan mata uang lokal tanpa dolar Amerika Serikat (AS) juga terus meningkat.
Untuk , sistem kumulatif implementasi LCT sejak Januari hingga Juni 2024 saja mencapai US$ 4,7 miliar atau sekitar Rp 75,67 triliun, atau naik sebesar 45,7% dibanding periode yang sama tahun 2023. Kerja sama LCT sendiri sudah dilakukan Indonesia dengan berbagai negara mulai dari Malaysia, Thailand, Jepang, China, Singapura, Korea Selatan, India, dan United Arab Emirates (UAE).
Sumber: