Starlink dan Reliance Jio berseteru secara publik terkait apakah pemerintah India harus menggelar lelang untuk spektrum satelit, atau menggunakan skema alokasi spektrum yang menjadi tren di berbagai belahan dunia lain.
Jika menggunakan skema lelang spektrum, Reliance Jio akan diuntungkan karena investasinya yang besar di sektor telekomunikasi India akan membantu memenangkan lelang tersebut.
Jika menggunakan skema alokasi spektrum, pemain baru seperti Starlink akan diuntungkan dan menambah kompetisi di India untuk menggelar layanan terbaik bagi masyarakat.
Pada Oktober 2024, pemerintah India memutuskan untuk melakukan alokasi spektrum, sehingga menjadi lampu hijau bagi Starlink untuk masuk ke India.
Pada bulan ini, SpaceX juga tiba-tiba mengumumkan kemitraan dengan operator seluler Airtel milik konglomerat Sunil Mittal yang merupakan pesaing Reliance Jio. Kemitraan dengan Airtel itu untuk memboyong layanan Starlink ke India.
Pakar industri melihat langkah strategis ini untuk memuluskan bisnis Starlink di India dan melawan monopoli Reliance Jio.
Internet Bakal Makin Murah
Goldman Sachs memperkirakan bahwa biaya berlangganan orbit Bumi rendah (LEO), yang mencakup layanan pita lebar dan seluler, akan jauh lebih murah dengan harga turun dari US$148 (Rp2,5 jutaan) per bulan pada tahun 2023 menjadi sekitar US$16 (Rp265 ribu) per bulan pada tahun 2035.
Goldman juga memperkirakan pasar satelit global akan melonjak dari US$15 miliar (Rp248 triliun) menjadi setidaknya US$108 miliar (Rp1.709 triliun) pada tahun 2035.
Firma keuangan khusus luar angkasa Quilt Space meramalkan Starlink akan menambah 3 juta pelanggan secara global pada 2025. Sebanyak 1 juta di antaranya berasal dari Asia.
"India akan menjadi kontributor terbesar untuk pertumbuhan pelanggan Starlink di Asia," kata director peneliti Quilt Space Caleb Henry.
Cara Starlink Bisa Lawan Reliance Jio
Sebanyak 6 pakar industri yang diwawancara Reuters mengatakan pertumbuhan pendapatan SpaceX di India akan sangat bergantung pada strategi harga untuk Starlink.
Sebanyak 3 pakar mengatakan Starlink harus menetapkan harga langganan yang kompetitif, sekitar US$15 per bulan (Rp248 ribu). Patokan harga itu bisa menantang pemain lokal di India saat ini yang mayoritas mematok US$12 (Rp198 ribu) untuk langganan internet standar.
"Akan selalu ada sebagian kecil pasar yang bersedia membayar lebih untuk kenyamanan. India adalah pasar yang penuh aspirasi, dan nilai merek dari koneksi Starlink juga merupakan keunggulan tambahan," kata Vivek Prasad, analis utama untuk ruang angkasa dan satelit di firma konsultan Analysys Mason.
Starlink saat ini beroperasi di lebih dari 120 negara, termasuk Indonesia. Starlink telah menghadapi beragam tantangan regulasi yang berbeda di setiap negara, termasuk syarat untuk koordinasi spektrum.