TRADISI:Jelang Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Indonesia!

Minggu 15-09-2024,20:32 WIB
Reporter : KANS HABSHI
Editor : KANS HABSHI

Di Yogyakarta, tradisi Maulid Nabi dilaksanakan dengan upacara kebesaran Keraton yang dikenal sebagai Hajad Dalem Sekaten dan Grebeg Mulud. Rangkaian kegiatan dimulai dengan prosesi Miyos Gangsa, yang dilakukan seminggu sebelum perayaan, dan diakhiri dengan Grebeg Mulud pada 12 Rabiul Awal.

Sekaten awalnya adalah upacara untuk menghormati leluhur di Tanah Jawa yang beragama Hindu, namun seiring waktu, tradisi ini digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam dengan pertunjukan gamelan sebagai daya tarik utama.

Selain prosesi upacara, Keraton Yogyakarta juga mengadakan Pasar Malam Perayaan Sekaten dan pameran di sekitar keraton untuk menyambut acara ini. Pada acara puncak Grebeg Mulud, iring-iringan gunungan yang berisi hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan diarak dan dibagikan kepada masyarakat yang berebut mendapatkannya, karena dipercaya membawa berkah.

BACA JUGA:Berpaduh Rebound :Pekan Lalu Merana, Bursa Wall Street Hari Ini

BACA JUGA:Nilai Ekspor Nikel RI:Joko Widodo,Naiknya Luar Biasa Tembus Rp 510 Triliun

Masyarakat Jawa berebut 'Gunungan', sebuah kurban berbentuk gunung, saat upacara Grebeg Syawalan sebagai bagian dari perayaan Idul Fitri di Masjid Agung Kauman pada 22 April 2023 di Yogyakarta, Indonesia. Grebeg Syawal merupakan tradisi yang mengikuti bulan suci Ramadan untuk menyambut Idul Fitri. Tradisi tersebut berupa sesaji sayuran, paprika, telur, dan barang-barang lainnya yang disebut 'Gunungan Wadon' dan 'Gunungan Lanang' yang dibawa ke Masjid Raya sebagai bagian dari simbol sedekah Sri Sultan Hamengkubuwono X kepada rakyatnya.

Menerima sebagian Gunungan dipercaya membawa keberuntungan dan berkah untuk setahun ke depan. 

Masyarakat Jawa berebut 'Gunungan', sebuah kurban berbentuk gunung, saat upacara Grebeg Syawalan sebagai bagian dari perayaan Idul Fitri di Masjid Agung Kauman pada 22 April 2023 di Yogyakarta, Indonesia. Grebeg Syawal merupakan tradisi yang mengikuti bulan suci Ramadan untuk menyambut Idul Fitri. Tradisi tersebut berupa sesaji sayuran, paprika, telur, dan barang-barang lainnya yang disebut 'Gunungan Wadon' dan 'Gunungan Lanang' yang dibawa ke Masjid Raya sebagai bagian dari simbol sedekah Sri Sultan Hamengkubuwono X kepada rakyatnya. Menerima sebagian Gunungan dipercaya membawa keberuntungan dan berkah untuk setahun ke depan.

Di Gorontalo, perayaan Maulid Nabi dikenal dengan nama Walima. Tradisi ini telah ada sejak abad ke-17, ketika Islam pertama kali masuk ke wilayah tersebut. Prosesi dimulai dengan dikili, atau zikir, di Masjid At-Taqwa yang terletak di Desa Bongo.

Masyarakat menyiapkan kue-kue tradisional seperti kolombengi, sukade, wapili, dan telur rebus yang disusun menjadi tolangga, struktur berbentuk menara atau kapal laut. Tolangga ini kemudian diarak ke masjid, dan setelah upacara zikir, makanan di dalamnya dibagikan kepada masyarakat.

BACA JUGA:Basuki Pamit ke Komisi V DPR: Susana Terharu

BACA JUGA:Presiden Republik Indonesia Joko Widodo Pakai Baju Pengantin Kutai:Upacara di Ibu Kota Nusantara (IKN)

Di Kalimantan Selatan, masyarakat Banjar merayakan Maulid Nabi dengan tradisi unik yang disebut Baayan Maulid. Kata "baayan" berarti ayunan atau buaian, sedangkan "mulud" berasal dari kata bahasa Arab yang mengacu pada perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dalam tradisi ini, bayi-bayi diayunkan sambil diiringi lantunan shalawat sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini tidak hanya bertujuan untuk mengenang kelahiran Rasulullah, tetapi juga diharapkan membawa berkah bagi anak-anak yang diayunkan.

 

Kategori :

Terpopuler